Senin, 10 November 2008

BELAJAR GITAR AUTODIDAK

Ini adalah pengalaman saya pribadi dalam hal belajar bermain gitar, mudah-mudahan bisa memberi manfaat positif, khususnya bagi temen2 sedang belajar bermain gitar. Saya tinggal di Desa Klirong, Kec. Klirong, Kebumen, Jawa Tengah. Pertama belajar bermain gitar pada saat kelas 3 SD (SD Negeri 2 Klirong, Kebumen, Jawa Tengah). Seperti biasanya sepulang sekolah atau saat libur sekolah saya main ke tempat teman-temanku yg rumahnya tidak jauh dari rumahku. Kita selalu bermain bersama-sama, misalnya bermain kelereng, bermain di kali, bermain bola, dan lain-lain.

Saat itu saya main ke tempat Tuwuh, nama lengkapnya Tuwuh Hartanto, teman SD seangkatanku, tapi dia SD Negeri 1 Klirong. Saat aku tiba di rumahnya, Tuwuh sedang bermain gitar sambil bernyanyi, memakai gitar kecil (senar 4 biji, nilon semua), lagunya cuma 1 dan diulang-ulang, judulnya aku lupa, yang jelas liriknya sbb : "kuingin duduk di sisimu... kuingin membelai rambutmu....satu soneta yang paling indah... bersama dirimu... mimpi tentang cinta.....Katakan katakan kau sayang padaku......dst..." Tuwuh bisa main gitar karena 2 kakaknya pandai bermain gitar, yaitu mas Joko dan mas Gatot. Mereka sudah punya grup band sendiri saat itu, dan sering main musik di gereja.


Awalnya aku ndengerin Tuwuh bermain gitar & bernyanyi lagu itu berulang-ulang, karena hanya lagu itu yg saat itu baru dia bisa. Kuperhatikan kunci2 yg dipakainya, ternyata simple yaitu cuma pakai 3 kunci, yaitu kunci D, kunci A dan kunci G. Nggak terlalu lama aku bisa belajar utk ngapalin 3 kunci itu, apalagi kunci G, gampang sekali rasanya saat itu karena hanya 1 senar yg ditekan (karena gitar cuma ada 4 senar), he3x..... Setelah diajari sama Tuwuh, saya bermain gitar sambil bernyanyi lagu tsb, dalam hitungan hari aku sudah bisa, maklum karena sejak saat itu, pasti kita langsung bermain gitar sepulang sekolah, kadang seragam sekolah SD masih kita pakai saat kita bermain gitar sepulang sekolah. Semangat sekali kita waktu itu bermain gitar dan bernyanyi, meski lagunya itu itu saja... Bergantian kita bermain gitar, berjam-jam setiap hari, sampai kira-kira 1 bulan kita baru bosen dan bener-bener gak pegang gitar lagi dan beralih ke aktifitas yg lain.

Kelas 4 SD aku bener-bener vakum belajar gitar, hanya sesekali aja bermain gitar, itupun sebentar-sebentar saja.

Kira-kira awal kelas 5 aku mulai belajar gitar lagi. ... Sekarang belajarnya sudah sendiri, di rumah, tidak dengan teman (Tuwuh) lagi. Kebetulan bapakku (Bpk. Denan H.S. Alm) adalah seorang guru Indonesia yg merangkap guru seni musik di SMP Negeri Klirong (SMP Negeri 1 Klirong sekarang). Jadi di rumah banyak alat musik, mulai dari gitar, gaitar kecil, gitas bas besar (bas bethot, orang tempatku menyebutnya), piano, drum, seruling, dll. Itu karena bapak saya mengajar ekstrakurikuler musik untuk murid-murid SMP di rumah, bukan di sekolah. Belajarnya betul-betul sesuka hati, kapan saja pengin main gitar... ya ambil gitar, trus main gitar sambil nyanyi-nyanyi sesuka hati, lagu-lagunya juga sesuka hati. Nggak cuma gitar saja yg aku mainkan, tapi juga alat yg lain, tapi yg paling banyak porsinya bermain gitar. Buku-buku cara belajar bermain gitar, buku-buku lagu yg ada akord (kunci) juga lengkap, dari buku lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu daerah, lagu-lagu POP saat itu, juga lagu-lagu manca negara ada. Tiap hari bermain gitar dengan buku2 tsb aku, sampai akhirnya mulai lancar pindah-pindah kunci.

Awal kelas 6 SD semangat belajar gitarku belum surut juga, hampir tiap hari bermain gitar sambil bernyanyi, meski hanya 10 menit atau 30 menit. Yaitu pada jam-jam sepulang sekolah (jam 13-an) dan jam-jam sepulang ngaji (jam 19:30an). Pada awal kelas 6 SD ini aku mulai bisa merasakan bahwa sebenarnya untuk setiap lagu itu kunci-kunci yg digunakan selalu berpola, yaitu sebenarnya tidak terlalu banyak (dan tidak terlalu ribet) kunci untuk sebuah lagu, karena pelan-pelan aku mulai bisa merasakan pola-polanya, maksudnya pola-pola perpindahan kunci-kunci yg digunakan. Aku mulai tambah penasaran, akhirnya mencoba mengiringi dengan gitar beberapa lagu dari kaset yang aku putar dengan menggunakan tip tua merek JVC yg masih bisa dipakai walau kadang harus macet-macet pita kasetnya. Aku bolak balik kasetnya untuk mengiringi lagu-lagunya dengan gitar, pelan-pelan aku bisa merasakan dan bisa mengiringi lagu-lagu tsb dengan kunci yg benar. Yah..meski harus berkorban beberapa kaset rusak (sampai pitanya keriting, he2..) dan beberapa kali tip harus diservice karena rusak, ...yah itulah harga yang harus dibayar untuk bisa belajar bermain gitar, gak papa. Dari mulai ganti speaker, ganti belt (karet) pemutar kaset, daleman tip banyak yg aku ganjal-ganjal pakai kertas dsb hanya agar tip bisa dipakai. Setelah bisa mengiringi beberapa lagu dari kaset, aku coba mengiri lagu yg ada di radio dan di tv (live), dan tidak susah bagiku karena sudah bisa merasakan pola-pola perpindahan kunci untuk beberapa lagu saat belajar sebelumnya. Pada fase ini saya menemukan bahwa, jika kita live mengiringi lagu di radio/tv, jika stem / stel gitar sudah pas (artinya sudah cocok dengan nada lagu yg ada di radio / tv), maka kita tinggal mencari nada dasar lagu tsb. Setelah nada dasar ketemu, kita tinggal memainkan pola-pola perpindahan kuncinya sesuai lagu tsb, di sini feeling kita jalan. Tetapi jika setelan (stem) gitar belum pas/cocok dengan nada lagu yg ada di radio/tv, maka kita harus me-nyetem (me-nyetel) gitar tsb secepatnya. Misalnya nada dasar lagu tsb berada di antara nada b dan c (atau di antara nada e dan f, atau di antara nada g dan gis), maka kita harus me-nyetem (me-nyetel) gitar terlebih dahulu, sebab jika tidak kita stem/setel, maka tidak akan pernah ketemu nada dasarnya. Ini saya sebut dengan istilah, jarak nada seperempat (1/4). Saya masih ingat waktu saya sedang bermain gitar dan mengiringi lagu di radio/tv, tiba-tiba Bapakku (Alm) mendekatiku dan berkata : "Kowe wis bisa nggitar ya?" ("Kamu sudah bisa main gitar ya?"). Memang selama ini aku selalu belajar bermain gitar sendiri, dengan buku-buku gitar yg ada di rumah. Beberapa kali Bapak memang ngajakin main gitar bareng, tapi tidak sering, dan biasanya kita menyanyikan lagu-lagu POP saat itu, lagu-lagu daerah, dan lagu-lagu kerongcong, itupun dengan Bapakku yg bermain gitar (ritem & melodi) dan bernyanyi, sedangkan aku dikasih job utk memainkan bas (dengan gitar juga) dengan sebelumnya sudah dikasih tahu kunci-kuncinya sama Bapak.

Selepas SD, aku nerusin di SMP Negeri Klirong. Awal kelas 1 SMP, saya ikut kegiatan extra kurikuler musik, bayanganku agar bisa ikutan jadi tim grup band di sekolah waktu itu. Guru seni musiknya Pak Purwo Sunarto, bukan lagi Bapakku, karena Bapakku terlalu sibuk ngajar Bahasa Indonesia pada sore harinya di SMP PGRI juga saat itu. Hari pertama mengikuti kegiatan extra kurikuler musik, guru seni musikku, pak Purwo Sunarto, mencoba untuk mengetes kemampuan semua peserta extra kurikuler. Satu persatu kita ditanya dan di tes praktek singkat. Pas giliranku, aku ditanya "Agus, kamu bisa main gitar?". Aku jawab "Bisa Pak", terus dicoba praktek, aku lupa waktu itu pak Purwo Sunarto nyanyi lagu apa, dan aku disuruh ngiringi pakai gitar. Belum selesai 1 lagu dia nyanyikan, pak Purwo langsung berhenti bernyanyi, dan berteriak senang. Ternyata pak Purwo sudah menemukan beberapa murid yg bisa bermain gitar, yaitu aku, Suko Rahadi (anak petanahan), Sigit (Tambak Progaten) dan Yudo yg spesialis drummer. Saat itu pak Purwo langsung menunjuk kami (agus, suko, sigit, dan yudo) untuk bermain 1 tim sebagai grup band. Dan satu persatu penyanyi dicoba untuk menyanyi dengan diringi oleh kita. Dan sebelumnya pak Purwo sudah memberi pengumuman kepada semua peserta extrakuler yang lain bahwa extrakulrikuler seni musik akan diadakan 2 kali seminggu, yaitu hari ke-1 untuk temen2 yg belum bisa belajar gitar, dan hari ke-2 utk gruo band yg sudah terbentuk beserta para calon-calon penyanyinya. Menurutku pak Purwo Sunarto cukup bijaksana.

Sejak saat itu kita rajin berlatih bermain gitar dg grup band kita. Setiap ada acara perpisahan di sekolah, acara silaturahmi alumni, acara halal bihalal, acara Isra' Mi'raj, acara pernikahan guru/saudara guru, dll, grup band kita selalu tampil. Kita punya vokalis yg sudah pengalaman bernyanyi, spt Nur Indrawan (putranya pak Mardiko, Gebangsari), Rini (pak Marbani, Klegenwonosari), Sinta Karangglonggong, dll.

Selepas SMP aku masuk ke SMA Negeri 1 Kebumen, aktivitasku bermain gitar sangat jauh menurun. Paling-paling bermain gitar sesekali di rumah, setahun sekali tampil di acara Silaturahmi Karang Taruna NgudiLuhur desa Klirong, grup kita ada aku, Dwi Darmanto (kakakku kandung), mas Tofik (putranya pak Margono Rustam), dan mas Erna (mas Toto) putranya pak Saena. Semakin jarang bermain gitar karena aku sudah mulai aktif bermain sepak bola, juga karena pelajaran di SMA lebih banyak materinya dibanding SMP, sehingga banyak tersita utk belajar agar tidak ketinggalan dengan teman2 yg lain. Sejak SMP kelas 1 aku gabung tim sepak bola Alam Sari, setiap sore bermain bola, sejak kelas 1 SMA aku mulai aktif diturunkan di setiap pertandingan, yang mana pada saat-saat itu turnamen sepakbola di Kebumen dan sekitarnya sedang ramai2nya.

Dari cerita di atas, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran buat saya pribadi, yaitu :
1. Jika kita belum bisa sesuatu, tapi kita ingin bisa, dan melakukannya (belajar) rutin dan berulang-ulang, maka kita akan dapat menguasainya / mengerti juga.
2. Dibalik pernyataan no.1 terkandung makna "kerja keras".
3. Beberapa hal yg kita belum tahu sekarang, akan bisa terkuak jika kita rutin untuk mempelajarinya. Sama dengan proses saya belajar gitar, saat2 awal saya belajar gitar, kelas3-5 SD, saya tidak pernah membayangkan akan bisa, saya tidak pernah membayangkan/berpikiran kalau saya akan bisa bermain gitar sampai bisa mengiringi secara "live" lagu-lagu yg sedang diputar di tape/radio/tv. Yang saya tahu saat itu (kelas 3-5 SD) adalah bermain gitar itu = menghafal kunci-kunci, adalah sebuah pekerjaan yg melelahkan (yaitu = MENGHAFAL). Tapi setelah pada fase kelas 6 SD, tanpa disadari, feeling untuk bisa merasakan pola-pola perpindahan kunci pada lagu itu muncul dengan sendirinya.

Itulah cerita proses belajar saya bermain gitar, smoga bermanfaat bagi kita semua.





3 komentar:

Yoyo D. Marto mengatakan...

Kenapa sekarang gak diterusin main band nya?

budiatmoko mengatakan...

Salam Kenal Mas. Agus,
Saya masih suka ketemu Tuwuh di Gereja Kiara Condong Bandung. Sekarang dia udah punya dua Anak, oh ya saya asal dr. Desa Glonggong dulu waktu kecil kalau naik pit menuju rumah kakek saya mBah Mangun warung sate/gule lor Polsek Wanasari, suka mampir kalau Mas.Gatot sama Joko lagi pada main Gitar. Seingat saya waktu itu mereka nyanyi "menjaring Matahari" nya Ebiet G.AD. Saat itu saya liat tuwuh masih kecil ingusan he he he.

Unknown mengatakan...

Mas agus kok gak mau main kerumah lagi'kalau pulang mbok mampir.